Minggu, 03 Juli 2011

Precious LOVE :') (Part 1)


Aku Lina. Seorang anak yang memiliki cita-cita yang tinggi, harapan yang luas dan berharap Tuhan mendengarnya. Umurku 16 tahun. Di usia ku yang hampir menginjak dewasa, aku semakin bingung dengan semua ini. Kehidupan yang diberikan Tuhan untukku berbanding terbalik dengan apa yang kuharapkan. Aku berbeda dengan mereka. Meskipun dikelilingi oleh fasilitas yang cukup, tapi aku tak mengharapkan terlahir kedalam keluargaku. Berstatus anak, tapi ini namanya anak tiri. Ayah dan Ibu tidak pernah memberikan sesuatu yang terbaik untukku. Aku benar-benar ingin lari sejauh mungkin hingga menembus titik kebahagiaan. Aku berharap ini semua hanya rekayasa. Dan benar-benar sial. Aku terbangun dari mimpi itu, dan sekarang aku sadar, ini memang hanya mimpi dan harapan itu pantas di bungkus dan dibakar.

Sabtu, 21 Januari 1995.
Tiada hari tanpa kemarahan. Ibu dan Ayah memarahi ku lagi untuk kesekian kalinya hanya karena aku pulang malam. Padahal mereka tidak tau, aku pergi kerumah temanku untuk menyelesaikan PR. Aku coba jelaskan tapi Ibu tidak percaya. Setelah itu beliau terdiam dan tiba-tiba air matanya menetes entah mengapa. Apakah dia menyesal memarahiku ? aku yakin pasti itu alasannya. Aku bosan dengar kemarahan mereka, meskipun mereka tidak pernah memukulku. Ibu hanya selalu berkata “Ibu lakukan demi kamu nak. Tapi apa ? Ibu berbohong. Ia membenciku. Pokoknya aku bosan mendengar perkataan bualan mereka.

Minggu, 22 Januari 1995

Bangun dari mimpi itu. Ternyata benar-benar tidak nyata. Aku belum keluar dari keluarga ini. Aku coba merefreshkan pikiranku dengan berlari pagi. Hingga di bangku tempat menunggu bus, aku melihat seorang anak perempuan berwajah sedih dengan mengenakan pakaian usang sambil memegang sebuah surat. Dia dianggap patung, atau roh halus sampai-sampai orang disekitarnya asik lalu lalang didepannya tanpa dipedulikan sedikitpun.Akhirnya kucoba dekati. Dan kutanya dia “Dek, ngapain disini ? Butuh batuan kakak?” Dengan kata singkat Ia berkata “Aku menunggu…” Aku bingung dengan jawabannya, dengan penasaran aku balik bertanya “Nunggu siapa dek ?” sesaat situasi mulai hening. Ia terdiam cukup lama dan akhirnya berkata “Aku tunggu Ibu”. Aku benar-benar kebingungan dengan jawaban-jawabannya. Lalu aku tak jenuh jenuh menanyakan nya. “Memang Ibunya kemana ?” Tiba-tiba saja keluar dua aliran air dari matanya, dan ia hanya terdiam dan tidak menjawab. Hatiku tergerak, aku ajak ia untuk kerumahku. Tapi ia tidak mau. Berapa kalipun aku memaksanya ia tetap menolak. Lalu sesaat aku pergi meninggalkan nya. Ini semua penuh kebingungan. Memacu adrenalin ku untuk mencari tahu segalanya.


Senin, 23 Januari 1995
Aku pulang dari sekolah dengan muka pucat dan kepala pusing lalu terbaring lemas diatas tempat tidurku. Ayah dan Ibu langsung masuk. Kali ini mereka tak memarahiku, mungkin karena mereka melihat kondisi ku yang seperti ini. Tapi ku coba untuk tidak mengatakannya. Mereka lalu menatapku. Tetapi, aku tertipu. Pikirku tak akan terjadi perselisihan apapun untuk saat ini. Tapi sekali lagi, ini hanya mimpi. Aku disuruh untuk berhenti bersekolah. Hal itu sudah dilakukan tanpa konfirmasi dariku. Untuk pertama kalinya, aku tidak menyembunyikan air mataku dari mereka. Aku menangis didepannya. Kali ini Ayah dan Ibu benar-benar keterlaluan. Perasaanku bercampur aduk, marah dan rasanya mau berteriak didepan mereka. Aku bertanya alasannya, tapi mereka pergi begitu saja keluar dari kamarku tanpa sepatah kata pun. Kali ini aku benar-benar kecewa dengan mereka, meskipun ku lirik Ibu, kembali meneteskan air matanya. Apakah arti dari semua ini ? Apakah aku hanya anak jalanan yang diambilnya dengan tujuan dipekerjakan ? :’(

Selasa, 24 Januari 1995
Hari ini aku tak kesekolah, karena aku memang tak bersekolah lagi. Tak ada aktivitas dirumah yang dapat kulakukan. Entah mengapa sosok anak yang pernah  kutemui itu terlintas dipikiranku. Dan kini, aku kesana. Aku masih melihatnya di bangku terminal. Aku ingat kejadian kemarin ia menangis karenaku. Akhirnya ku teruskan langkahku dan aku dekati. Pertanyaan kemarin belum puas kuterima jawabannya. Ia masih saja menjawab “Aku menunggu Ibu..”. Hanya jawaban itu yang keluar dari mulut mungilnya. Siapa duga, ia masih saja memegang sebuah surat.

Aku merasa iba, sepertinya ia tak akan pergi dari sini sampai Ibunya kembali. Sempat aku berpikir. Ibunya benar-benar jahat, pergi dan membiarkan anak sekecil ini duduk sendirian menantinya. Ibunya sama dengan Ibuku. Terus bagaimana ia mendapatkan makanan ? sementara orang-orang disekitarnya tak ada yang mempedulikannya. Akhirnya ku belikan ia makanan dan minuman. Tapi ia menjawab “Aku mau makan dengan Ibu”. Aku dibuatnya benar-benar bingung. XD >.<

To be continue.... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar